Jumat, 02 November 2012

Metode penilaian persediaan

Harga barang-barang mengalami perubahan harga dari waktu ke waktu. Kecenderungan umum adalah harga naik karena adanya inflasi. Tetapi pada beberapa jenis barang seperti handphone dan laptop justru mengalami penurunan harga dikarenakan perkembangan teknologi atau pun keluarnya model-model baru.

Dari sudut pandang akuntansi, perubahan harga ini akan berpengaruh terhadap nilai persediaan barang dagang yang tercantum di Neraca dan harga pokok barang terjual (HPP) di Laporan Laba Rugi.

Idealnya, nilai persediaan dan harga pokok barang terjual diidentifikasi satu-satu sehingga diperoleh hasil yang akurat. Tetapi kelemahan dari cara perhitungan ideal ini adalah perlunya waktu dan usaha yang banyak, apalagi bila item barangnya berjumlah ribuan dan nilai per item barangnya kecil. Bisa-bisa yang terjadi adalah biaya pencatatan lebih besar dari margin penjualan produknya (padahal seharusnya: benefit over cost!). Sehingga disimpulkan metode identifikasi satu-satu cenderung tidak efisien untuk dilakukan; kecuali didukung dengan sistem teknologi informasi yang mumpuni. Metode identifikasi satu-satu hanya cocok untuk barang-barang yang nilainya besar dan jumlahnya sedikit. Contohnya: rumah, mobil, pesawat.

Dalam prakteknya, metode penilaian yang umum digunakan ada 3, yaitu FIFO, LIFO dan rata-rata. Perusahaan boleh memilih salah satunya, asal diterapkan secara konsisten dari tahun ke tahun. Pada akhirnya ketika semua barang sudah habis terjual, ketiga metode tersebut akan menghasilkan nilai biaya pokok penjualan (HPP) yang sama.

1.       First In First Out (FIFO) / masuk pertama keluar pertama
Metode FIFO atau Masuk Pertama Keluar Pertama mendasarkan pada asumsi bahwa barang yang terjual lebih dulu adalah barang yang dibeli lebih awal.
Ketika kecenderungan harga adalah naik seiring berjalannya waktu, maka metode FIFO menghasilkan nilai persediaan yang lebih besar dan nilai HPP yang lebih kecil. Dan sebaliknya.

2.       Last In First Out (LIFO) / masuk terakhir keluar pertama
Metode LIFO atau Masuk Pertama Keluar Terakhir adalah kebalikan dari metode FIFO; yaitu bahwa barang yang terjual lebih dulu adalah barang yang terakhir masuk dalam persediaan barang dagang.
Ketika kecenderungan harga adalah naik seiring berjalannya waktu, maka metode LIFO menghasilkan nilai persediaan yang lebih kecil dan nilai HPP yang lebih besar; dan sebaliknya. Dalam hal ini metode LIFO lebih konservatif daripada FIFO.

3.       Moving average / rata-rata bergerak
Metode moving average atau rata-rata bergerak adalah metode tengah-tengah antara FIFO dan LIFO.
Harga pokok per unit barang dihitung dengan rumus: (nilai persediaan awal + nilai pembelian) / (jumlah persediaan awal + jumlah pembelian). Harga pokok per unit ini akan berubah setiap kali terjadi pembelian dengan harga yang berbeda.
Nilai HPP dari barang yang terjual dihitung sebesar jumlah unit terjual dikalikan harga pokok rata-rata pada saat terjadi penjualan. Nilai persediaan sebesar jumlah persediaan akhir dikalikan harga pokok rata-rata yang terakhir.

Gambaran lebih jelasnya bisa dilihat dalam contoh dibawah ini:

1 Januari 2013   - Saldo awal persediaan 100 unit dengan harga Rp.50.000,- per unit.
3 Januari 2013   - Penjualan 75 unit.
5 Januari 2013   - Pembelian 50 unit, harga Rp.55.000,-
14 Januari 2013 - Penjualan 30 unit
21 Januari 2013 - Pembelian 75 unit, harga Rp.59.000,-
23 Januari 2013 - Pembelian 25 unit, harga Rp.63.000,-
25 Januari 2013 - Penjualan 50 unit
29 Januari 2013 - Penjualan 15 unit

Berdasarkan contoh transaksi selama bulan Januari 2013 tersebut, terlihat di bawah ini bahwa metode penilaian persediaan yang berbeda akan menghasilkan nilai persediaan dan HPP yang berbeda*.







* Perbedaan tersebut sifatnya beda sementara/beda waktu.

2 komentar: