Selasa, 11 September 2012

Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas adalah rasio keuangan yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menjamin kewajiban-kewajiban lancarnya dengan menggunakan harta-harta lancarnya. Menjamin artinya mempunyai kemampuan untuk segera melakukan pembayaran.

Dalam dunia bisnis, hutang piutang adalah hal yang biasa. Istilah umumnya adalah payment term pembelian/penjualan. Perusahaan cenderungan untuk memperlama pembayaran hutang dan mempercepat pencairan piutang, agar lebih leluasa mengelola kas. Agar tidak terlena karena merasa memegang kas banyak, maka kita harus rajin memonitor rasio keuangan terkait likuiditas, agar bisnis aman dan potensi pengembangan bisa diraih.

Beberapa rasio likuiditas* yang sering digunakan adalah:
  • Rasio Kas (cash ratio) = (kas + setara kas) : hutang lancar.
  • Rasio Cepat (quick ratio atau acid test ratio) = (harta lancar - persediaan) : hutang lancar.
  • Rasio Lancar (current ratio) = harta lancar : hutang lancar.
Rasio likuiditas yang tinggi artinya perusahaan sangat mampu melunasi semua kewajiban lancarnya; tetapi bila terlalu tinggi bisa  mengindikasikan tidak efisiennya pengelolaan kas. Bisnis adalah tentang memutar kas, sehingga ketika ada kas menganggur dan jumlahnya besar, bisa mengindikasikan perkembangan bisnis yang melambat.
 
Bila rasio likuiditas terlalu rendah, artinya perusahaan dalam posisi kesulitan membayar supplier-nya, sehingga kelangsungan bisnisnya terancam. Pada titik ini manajemen harus serius untuk mengusahakan pendanaan tambahan agar kepercayaan dari supplier terjaga. Satu dampak dari telat bayar adalah payment term yang dipersingkat atau bahkan harus bayar cash sebelum barang diterima.

Berapakah rasio likuiditas yang ideal?

Untuk mendapatkan rasio likuiditas yang ideal, kita perlu memperhatikan rasio likuiditas dari industri yang sejenis dan seukuran (cross sectional) dan rasio likuiditas tahun-tahun sebelumnya (time series).

Tidak ada rasio ideal yang bisa diterapkan ke semua jenis bisnis, karena bisnis memiliki karakter-nya masing-masing seperti jangka waktu pembayaran yang berbeda, jumlah persediaan minimal yang harus ada atau pun seberapa cepat perputaran persedian, piutang dan hutang. Tetapi panduan umum untuk cash ratio adalah dijaga minimal 1; artinya uang kas yang tersedia sama dengan total hutang yang akan jatuh tempo, agar perusahaan tetap dipercaya oleh supplier karena pasokan bahan baku/barang dagang selalu terjaga.

* Likuid atau lancarnya harta dan kewajiban ditunjukkan dengan kecepatan untuk dikonversi menjadi uang tunai. Semakin cepat menjadi uang tunai, artinya semakin lancar/likuid.

Selasa, 04 September 2012

Surplus belum tentu untung, defisit belum tentu rugi

Semua orang tahu istilah untung dan rugi. Untung – rugi diperoleh dengan mengurangkan biaya ke penghasilan. Bila total biaya lebih kecil dari penghasilan maka untung; dan bila sebaliknya maka rugi. Simpel.

Tapi satu kesalahan umum yang sering terjadi adalah orang awam rancu antara untung – rugi dengan surplus - defisit. Ada kecenderungan untuk menganggap setiap pengeluaran uang sebagai biaya; padahal boleh jadi pengeluaran itu adalah investasi atau down payment. Dan menganggap setiap penerimaan kas sebagai penghasilan, padahal boleh jadi pembayaran piutang dari customer.

Untung – rugi adalah istilah akuntansi, yaitu penghasilan dikurangi biaya-biaya yang terkait. Penghasilan diakui saat diperoleh, dan biaya diakui saat terjadinya. Intinya ada pada kapan dan seberapa penghasilan dan biaya yang harus diakui di periode tertentu.

Surplus – defisit adalah uang masuk dikurangi dengan uang keluar. Hasil dari pencatatan uang masuk dan uang keluar adalah laporan arus kas, bukan laporan laba-rugi. Walaupun tidak menunjukkan untung – rugi, laporan arus kas tetaplah penting karena menunjukkan kemampuan bisnis untuk membiayai proyek-proyeknya dan membayar kewajibannya.

CATATAN PENTING: Untung – rugi TIDAK SAMA DENGAN surplus – defisit. Untung – rugi menunjukkan kinerja perusahaan, sementara surplus – defisit menunjukkan posisi kas perusahaan. Kegagalan untuk membedakan keduanya membahayakan kelangsungan bisnis.

Berdasarkan waktunya, untung - rugi terbagi menjadi 2:
  1. untung - rugi proyeksi
  2. untung - rugi realisasi
Untung - rugi proyeksi adalah untung - rugi yang belum terjadi sehingga dihitung berdasar asumsi-asumsi dan metode perhitungan tertentu; biasanya dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan investasi; atau sebagai target yang harus dicapai.
Karena berupa proyeksi (ramalan) maka harus diperhatikan:
-          asumsi yang digunakan haruslah relevan dan akurat.
-          sebaiknya menggunakan 2 jenis asumsi, yaitu asumsi optimis dan asumsi pesimis.
-          pahami karakteristik biaya (tetap, semi variabel dan variabel).

Untung - rugi realisasi adalah untung - rugi yang sudah terjadi dan dihitung berdasar dokumen-dokumen keuangan. Fungsinya adalah sebagai ukuran kinerja atau sebagai bentuk pertanggungjawaban keuangan.

>>> Untuk membuat untung – rugi proyeksi maupun realisasi, sebaiknya menggunakan jasa konsultan agar hasilnya lebih bisa dipercaya. Atau minimal laporan keuangan bisnis dimintakan review kepada konsultan mengenai kewajarannya sehingga meminimalkan kesalahan.

* Laporan keuangan yang salah akan mengakibatkan pengambilan keputusan bisnis yang salah juga. *